Senin, 29 Desember 2014

Broken mood

Setelah nunggu sekian lama, surat mutasi liqo belum juga kunjung diterima.
Gelisah sudah pasti, semakin hari ibadah harian terasa semakin kurang.
Lail, Dhuha, Tilawah lalu apa???
kenapa ada yang kosong di hati ini????????????????????????????????????????
Halaqah...aku merindukannya.
Rasanya nafasku sesak, menggapai-gapai keluar sana bahwa aku ingin berkumpul dengan orang sholeh, mengkaji Islam, menambah catatan buku harian liqo ku dengan ayat Allah.

Namun setelah 3 Bulan di Jakarta belum juga ku terima.
Skit sekali bathin ini, kosong.
Aku marah, kenapa lama sekali ?????????????????
Aku ketakutan, ditengah ibukota yang begitu buas, aku tinggal sendiri, lalu jika aku tidak membentengi diriku dengan agama Tuhan, akan jadi apa aku?
 Ditengah bebasnya pergaulan lelaki dan perempuan, aku ketakutan.
hanya berlindung dibalik kerudung.
 Tanpa ada murabbiah disisiku.

Ya, aku memang tak sesholehah, sahabiat yg lain.
Apakah tak pantas aku melanjutkan liqo ini???



______________________CRYING LOUDLY UNTIL I CAN BREATH_______________________



Minggu, 14 Desember 2014

Sebuah Pesan Untukmu Ukhti…

Akhwatmuslimah.com – Ukhti… Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang ? Atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan, bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan.

Ukhti…
Tertutupnya tubuhmu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi?? Bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu..

Ukhti…
Lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu??
Ukhti…

Lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir.. Akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.
Ukhti…

Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan dininabobokkan dengan mimpi-mimpimu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.
Ukhti…

Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat

Ukhti…
Cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu..

Ukhti…
Tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu..

Ukhti…
Tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamumu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang dilakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan..

Ukhti…
Lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat. Coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berprilaku binatang yang tak karuan. Sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemuliaan Islam??

Ukhti…
Tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang Khaliqm.. Antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya di lakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba….

Ukhti…
Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling wah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas diatas rata-rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu

Ukhti…
Rajinnya ngajimu tidak menjamin serajin infaqmu ke mesjid atau mushola.. Sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terliat kosong dan mengkhawatirka. Tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukan, maukah antum di beri rizki sepelit itu.

Ukhti…
Rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa di bohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksankan tapi, semangat ruhani tanpa di sadari turun drastis, puasa yaumul bidh pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang dirasakan terlalu sering dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi.

Ukhti…
Manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang yang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah

Ukhti…
Rajinnya shalat malammu (tidak menjamin) keistiqomahan seperti Rosulullah sebagai panutanmu..

Ukhti…
Ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Kholiqmu,
Masihkah antum senang bermanjaan dengan Tuhanmu dengan shalat dhuhamu, shalat malammu??

Ukhti…
Dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi.
Akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid akan segara menghampirimu

Ukhti…
Masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik.
Jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu..

Ukhti…
Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu.
Maka tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu

Ukhti…
Muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang dilakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu.
Sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlaq busukmu di lupakan, kenapa muhasabah tidak dijadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang baik hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik

Ukhti…
Pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti. Bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah??
Kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorangan mujahidah yang solehah??

Ukhti…
Apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton TV yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati Sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang birrul walidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan,
Mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah??

Ukhti…
Apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar??

Ukhti…
Hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai persepsi disamaratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlaq maka akan merusak citra akhwat yang lain

Ukhti…
Dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang solehah,
Siapkah antum sekarang menjadi istri solehah yang selalu didamba-dambakan oleh semua orang..
Sumber: aisya-avicenna.com

Kamis, 11 Desember 2014

Lapis-lapis keberkahan

Enaknya tinggal Copast :(
Ngga produktif banget jadi blogger.
Maafkan daku.

yah, hari ini kantor lumayan ngosong, karena SPVnya lagi izin, jadilah seharian ini ngutak-ngatik blog, mulai dandani, ngerapihin background sampe apdetan posting, meskipun semua copas.

Tapi ngga papalah yaa, ini semua dipilihin yang bagus-bagus, Insya Allah semuanya berkah.
Yang nulis-pun bukan orang sembarangan, ambil intinya yuuk.









Bahagia. Inilah kata paling menyihir dalam hidup manusia.
Tak satu jiwapun kecuali merinduinya. Tak satu akalpun kecuali mengharapinya. Tak satu ragapun kecuali mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia seakan bayang-bayang yang  kian difikir makin melipir, kian dicari makin lari, kian diburu makin tak tentu, kian ditangkap makin melesat, kian dihadang makin hilang.
Dalam nanar mata yang tak menemukan bahagia; insan lain tampak lebih cerah. Dalam denging telinga yang tak menangkap bahagia; insan lain terdengar lebih ceria. Dalam gerisik hati yang tak merasa bahagia; insan lain terkilau lebih bercahaya. Maka penderitaan manusia berlipat berkuadrat saat ia membandingkan diri dengan sosok di sekitarnya. Seperti sang gunung, seperti sang batu, seperti Sisyphus.
Buku tak berharga ini disusun dengan kesadaran kecil, bahwa jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput untuk menikmatinya di sepanjang perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa. Bahwa jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema utama kehidupan, kita bisa kehilangan ia setelah kematian.
Sebagai mukmin, kita lalu tahu, bahagia adalah kata yang tak cukup untuk mewakili segenap kebaikan. Di dunia, terlebih untuk akhirat. Oleh itulah, mari jeda sejenak dari membicarakan kebahagiaan.

Hidup kita seumpama bebuahan beraneka aroma, bentuk, warna, reraba, dan rasa, yang diiris-iris dan ditumpuk berlapis-lapis. Tiap irisan itu adalah karunia Allah, kemudianlah tumbuh dari benih yang kita tanam. Tiap irisan itu, punya wangi maupun anyirnya, teratur maupun acaknya, cerah maupun kelamnya, lembut maupun kasarnya, manis maupun pahitnya, masam maupun asinnya. Tapi kepastian dariNya dalam segala yang terindra itu adalah; semua mengandung gizi yang bermanfaat bagi ruh, akal, dan jasad kita.

Ia bukan nikmat atau musibahnya; melainkan syukur dan sabarnya. Ia bukan kaya atau miskinnya; melainkan shadaqah dan doanya. Ia bukan sakit atau sehatnya; melainkan dzikir dan tafakkurnya. Ia bukan sedikit atau banyaknya; melainkan ridha dan qana’ahnya. Ia bukan tinggi atau rendahnya; melainkan tazkiyah dan tawadhu’nya. Ia bukan kuat atau lemahnya; melainkan adab dan akhlaqnya. Ia bukan sempit atau lapangnya; melainkan zuhud dan wara’nya. Ia bukan sukar atau mudahnya; melainkan ‘amal dan jihadnya. Ia bukan berat atau ringannya; melainkan ikhlas dan tawakkalnya.

source: Ust. Salim A Fillah

Karakter Seorang Akhwat Tarbiyah

Akhwatmuslimah.com –  Berikut ini adalah tentang karakter akhwat haraki.

Pertama -Karakter- Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Dilihat dari sudut pandang pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya di defenisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi, karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Kedua –Akhwat- Selama ini mungkin kita beranggapan bahwa semua perempuan dapat dikatakan sebagai seorang akhwat, namun ternyata hanya perempuan  tertentu saja yang layak disebut akhwat.(Nisa Hafidz: 2009).
 
 Beberapa pengertian akhwat yang dikemukakan Nisa dalam blognya yakni: 
Seorang akhwat itu tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun, tapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap. Akhwat juga tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan. 
Akhwat itu tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tapi seberapa besar tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.
Akhwat itu tidak dilihat dari IP-nya yang cumlaude, tapi bagaimana ia mengajarkan ilmunya pada ummat. Akhwat itu tidak dilihat dari aktivitasnya yang seabrek, tetapi bagaimana ia mampu mengoptimalisasi waktu dengan baik.
 
Masih banyak sekali pengertian akhwat yang dikemukakan banyak orang, namun inti dari itu semua adalah bahwa akhwat itu tidak sekedar sebagai seorang perempuan. Tapi, akhwat adalah perempun yang tertarbiyah, ada ruh tarbiyah didalamnya.
 
Ketiga -Haraki-  Istilah haraki ini berasal dari bahasa Arab ‘harakah’ yang berarti bergerak atau pergerakan.
Saudaraku, dari ketiga pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa karakter akhwat haraki adalah tabiat atau kebiasaan seorang perempuan tertarbiyah –akhwat- dalam melakukan sebuah pergerakan ummat. Beberapa karakter akhwat haraki akan ana utarakan dalam makalah sederhana ini. Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa akhwat juga memikul tanggungjawab yang sama dalam dakwah dan beraktivitas untuk mewujudkan tujuan yang sama pula, yang mencakup manhaj tarbawi dan takwini, dengan tetap menjaga beberapa perbedaan aspek harakah dan peren-peran mereka.
Dakwah ini tidak membutuhkan kepada jiwa-jiwa yang tidak konsisten dan kaku serta dakwah yang tertutup dan kepribadian yang menyendiri, yang memilki jiwa yang keropos. Imam Syahid menetapkan muwashafat yang harus dipenuhi oleh seorang ikhwan maupun akhwat didalam kehidupannya, yaitu:
1.      Salimul akidah, bersih akidahnya
2.      Shahihul ibadah, benar ibadahnya
3.      Matinul khulq, kokoh akhlaknya
4.      Qawiyyul Jismi, memiliki fisik yang kuat
5.      Mutsaqqaful fikr, berwawasan pemikirannya
6.      Qadirun Alal Kasbi, mampu berekonomi
7.      Munazhamun fi syu’nihi, terorganisir sluruh urusannya
8.      Harishun Ala waqtihi, cermat mengatur waktunya
9.      Mujahidin linasihi, kuat kesungguhan jiwanya
10.  Nafi’un li ghairihi, bermanfaat bagi selainnya
Untuk mewujudkan 10 muwashafat ini, dan membentuk lini-lini dakwah yang kuat dalam satu barisan -dalam aspek harakah- maka ada beberapa kebiasaan yang harus dibangun sebagai seorang akhwat, dan kebiasaan-kebiasaan ini akan menunjukkan karakter akhwat haraki itu. Karakter-karakter itu adalah:
1.      Mengerjakan hak Islam yang lima (Rukun Islam)
Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, dari Ibnu ’Umar Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda : ”Islam itu ditegakkan diatas lima dasar : bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi, kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya; mendirikan shalat; menunaikan zakat; haji ke Baitullah; dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”
Nah, hal ini merupakan pokok utama dari yang namanya Islam. Namun meski ini pokok, bukan berarti Islam itu hanya mengerjakan yang lima ini aja. Semua sisi kehidupan kita didunia dan persiapan kita menuju kehidupan diakhirat pun diatur sedemikian rupa oleh Islam. Tujuannya bukan untuk mempersulit kita melainkan untuk menjamin kemaslahatan hidup kita didunia ini.
2.      Menerima qadha dan qadar Allah dengan Ridha
Yakinlah bahwa semua yang terjadi pada diri kita ini sudah merupakan ketetapan dari Allah. Hanya saja, ada ketetapan yang gak bisa diganggu gugat lagi tapi ada juga ketetapan Allah yang masih bisa kita ubah sesuai dengan usaha yang kita lakukan. Misalnya, udah menjadi ketetapan Allah bahwa kapan kita akan kembali menghadapNya (wafat maksudnya) tapi kita berkewajiban mengusahakan mau mati dengan cara seperti apa. Mau khusnul khatimah, ya rajin-rajin ibadah. Kalau gak mau, siap-siap saja mati dalam keadaan su’ul khatimah. Na’udzubillah. Semoga Allah menjauhkan kita dari akhir kehidupan yang buruk.
3.      Ikhlas
Ikhlas (khalashah) secara bahasa berarti bersih murni. Sedangkan menurut istilah dapat diartikan sebagai membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Karna amal itu tergantung kepada niatnya. Ala kulli hal dalil tentang ikhlas ini bisa diliat di QS. Al-Bayyinah [98] : 05, ”Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” Juga di QS. Al-A’raf [07] : 29 yang bunyinya : ”….. dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepadaNya.”                      
Dari sini dapat disimpulkan tanda-tanda ikhlasnya seorang hamba itu diantaranya adalah :
- Tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri
- Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian 
- Tidak silau dan cinta kepada jabatan
- Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
- Tidak mudah kecewa
- Tidak membedakan amal besar dan amal kecil 
- Tidak fanatik golongan 
- Ridha dan marahnya bukan karena berdasarkan pribadi
- Ringan, lahap dan nikmat dalam beramal
- Tidak egois, karena selalu mementingkan kepentingan bersama
- Tidak membeda-bedakan pergaulan
4.      Sabar
”Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran [03] : 200)
5.      Selalu merasa diawasi oleh Allah (muraqabatullah)
Tiga pokok ajaran ini; iman, islam dan ikhsan. Iman itu adalah mengakui dengan perkataan, membenarkan dengan hati serta mengamalkan dengan perbuatan. Islam adalah mengucapkan dua kalimat syahadat ”Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah”, mengerjakan shalat lima waktu, zakat, naik haji ke Baitullah, serta berpuasa pada bulan Ramadhan.
Sedangkan ikhsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah, jika tidak mampu berlaku demikian –karena tidak khusyu’nya hati kita kepadaNya– maka yakinlah bahwa Allah senantiasa melihat kita. Namun muraqabatullah bukan hanya pada saat kita beribadah aja. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita diwajibkan untuk selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi setiap tingkah laku kita, sehingga setiap gerak gerik kita akan selalu terjaga dari maksiat kepadaNya. Amiin Ya Rabbul ’Alamiin…
6.      Mencintai Allah dan Rasulnya
Allah berfirman : ”Katakanlah (Muhammad) : ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran [03] : 31). Bagi kita-kita yang mengaku cinta sama Allah tapi masih enggan buat mengikuti sunnah (perbuatan) RasulNya, maka cinta kita itu patut dipertanyakan..
7.      Wara’ serta meninggalkan syubhat
Syubhat artinya adalah sesuatu yang membuat ragu. Wara’ atau berhati-hati agar tidak menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah untuk kita adalah perbuatan yang disunnahkan oleh RasulNya bahkan menjadi sebuah kewajiban bagi semua manusia yang mengaku dirinya muslim/ah. Hal ini sangat mmpengaruhi esensi atau nilai dari ibadah yang akan, sedang atau telah kita lakukan.
8.      Mengharapkan Rahmat-Nya
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [02] : 218).
9.      Tawakkal
Berserah diri kepada Allah itu wajib dilakukan oleh kita sebagai muslim. Kalo nggak, maka kita termasuk makhluk yang sombong.
10.  Percaya atas pertolongan Allah
Sesungguhnya Allah itu menurut persangkaan hambaNya. So, kalau kita percaya bahwa Allah bakal menolong setiap kesusahan yang dialami hambaNya, pasti pertolongan itu bakal datang. Kunci utamanya lagi-lagi adalah Usaha, doa, tawakkal plus sabar.
11.  Selalu menyertakan niat jihad atas segala aktivitasnya
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “’Barangsiapa mati, sementara ia belum pernah berperang (fi sabilillah) atau dalam dirinya belum pernah terlintas niat untuk berperang (fi sabilillah), maka ia mati berada dalam salah satu cabang nifaq (kemunafiqan).” (HR. Muslim). Dan jihad nggak cuma diartikan sebagai perang melawan kaum musyrikin saja. Thalabul ‘ilmi (belajar mencari ilmu yang diridhai Allah) pun dapat termasuk jihad jika niat kita semata-mata ikhlas karenaNya.
12.  selalu memperbarui taubat dan istighfar
Betapa diwajibkannya perintah untuk memperbarui taubat dan istighfar ini, sampe-sampe banyak banget ayat-ayat cinta Allah buat kita yang menegaskannya. Sebut aja QS. An-Nuur [24] : 31, QS. Huud [11] : 90 dan QS. At-Tahriim [66] : 8. ”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…..” (QS. At-Tahriim [66] : 8).
13.  Mempersiapkan diri untuk hari akhir (mengingat kematian)
”Setiap yang bernyawa pasti akan mati….” Jika setiap melakukan aktivitas apapun kita selalu ingat akan penggalan ayat ke 185 dari Qur’an surat [03] Ali Imran tersebut, pastinya semua yang akan kita lakukan gak akan ada yang melenceng dari syariatNya. Alangkah indahnya jika seisi dunia ini berbuat hal yang demikian. Akan tewujudlah apa yang kita harap-harapkan selama ini yaitu menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ’alamin. ”…. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu….” lanjut kalimat kedua dalam ayat ini. Sehingga memotivasi kita untuk mendapat kebaikan yang sempurna pada hari kiamat kelak.
 
 
Source: Akhwatmuslimah.com

Perencanaan Karir Aktivis Dakwah


Akhwatmuslimah.com – Pembicaraan mengenai karir belum banyak terungkap di kalangan aktivis dakwah. Buktinya? Tanyakanlah kepada 10 orang yang anda kenal sebagai aktivis dakwah (sekolah ataupun kampus) mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah menyelesaikan studinya? Lebih kongkrit lagi, apa sih pekerjaan yang akan mereka tekuni untuk mendapatkan penghasilan? Saya yakin, paling tidak saya pernah bertanya kepada lebih dari 10 orang aktivis kampus, dari sepuluh orang itu yang bisa menjawab secara meyakinkan paling banyak hanya satu orang. Yah, satu orang!

Banyak hal yang bisa diungkapkan untuk menjelaskan fenomena ini. Satu diantaranya adalah, ketidakjelasan orientasi masa depan, terutama yang berkaitan dengan sumber penghasilan kita, ya karir itu. Padahal, kalau kita mengetahui peran dan fungsi karir dalam aktivitas sebagai da’i, optimalisasi dan efektivitas kita sebagai da’i akan sangat terbantu bila kita memahaminya.

Perencanaan karir, sama halnya dengan perencanaan yang lain, akan memberikan arah/orientasi terhadap apa yang akan kita lakukan di masa depan terkait dengan apa yang akan kita lakukan sebagai sumber penghasilan kita. Perencanaan karir memungkinkan bagi kita untuk mengambil langkah-langkah strategis dan taktis dalam aktivitas keseharian kita, sehingga kita lebih terfokus untuk menuju hal yang memang kita ingin lakukan, tidak hanya sekedar mengikuti arus dan tren yang berkembang saja.

Perencanaan karir akan membuat berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai diri kita, terutama mengenai kelebihan-kelebihan kita, hal-hal yang kita sukai dan nilai-nilai yang kita yakini dalam diri kita atau bahkan kekurangan diri dan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan.
Sangat mungkin terjadi pada kita, biala tidak memiliki perencanaan karir yang matang, tidak akan pernah memiliki orientasi yang jelas terhadap apa yang akan menjadi sumber penghasilan kehiduoan kita. Pikiran, tenaga dan aktivitas kita pun tidak akan terfokus pada hal yang benar-benar kita inginkan, melainkan lebih kepada apa yang sedang menjadi tren.

Contoh sederhana misalnya, kalau sejak awal kita telah memutuskan untuk berkarir dalam pengembangan penjualan/penerbitan buku dan majalah, kita tidak perlu sibuk membeli koran untuk mencari lowongan pekerjaan atau tanya sana-sini mengenai pekerjaan ”apa saja yang penting kerja”. Kita akan lebih produktif misalnya, mencari tahu kepada penerbit/toko buku yang sukses dalam usahanya, bahkan mungkin kita perlu masuk dalam barisan toko buku itu untuk mengetahui core business strategicnya, sehingga di kemudian hari kita bisa lebih mengembangkannya lagi.

Bila sejak awal kita ingin mengembangkan karir dengan menjadi pegawai/karyawan/staff di perusahaan, atau institusi lainnya, maka pelatihan yang lebih bermanfaat untuk kita ikuti adalah bagaimana menembus dunia kerja, menulis resume secara efektif, memenangkan wawancara atau mengahadapi tes masuk calon karyawan, dibandingkan ikut pelatihan jurnalistik atau entrepreneurship.

Perencanaan karir membuat kita dapat melihat secara lebih jelas lagi mengenai sumber penghasilan bagi kebutuhan hidup kita. Karir berbeda dengan perkerjaan, karir bisa berupa pekerjaan tetapi pekerjaan belum tentu sebuah karir. Begini ceritanya, dalam kamus Poerwadarminta makna karir sebenarnya adalah ”kemajuan dalam kehidupan; perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya”. Sementara pekerjaan dimaknai sebagai ”kegiatan-kegiatan untuk mencari nafkah”. Jadi, ”karir” adalah pekerjaan juga, tetapi bukan sembarang pekerjaan. Suatu pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah disebut sebagai ”karir” hanya apabila ia memberikan peluang untuk maju dan berkembang. Kebayang bedanya? Misalnya, kalau pekerjaannya menjadi penjaga pintu tol? Atau petugas administrasi? Resepsionis? Itu pekerjaan atau karir yah?

Kita tentunya tidak ingin hanya sekedar ”bekerja” saja dan mendapat penghasilan, lebih dari itu disamping kita memiliki misi besar untuk mengkondisikan lingkungan kita untuk terwarnai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini semakin mengharuskan kita untuk berpikir dan merencanakan tentang karir ketimbang sekedar bekerja. Kecuali jika memang sejak awal, kita sudah memutuskan untuk ”yang penting kerja!” ya sudah. Anda akan melewatkan begitu banyak kesenangan dan kenikmatan dalm mengeksplorasi dan mengelaborasi diri dalam berbagai potensi yang Allah telah berikan kepada kita. Akhirnya, kita sulit untuk menjadikan diri kita sebagai penentu dalam pekerejaan kita, kita sulit mengarahkan apalagi mengembangkan apa yang kita lakukan, karena kita tidak mempunyai peta dari perjalanan karir kita, yang mungkin juga perjalanan hidup kita.
Jadi, apa sih ”makhluk” perencanaan karir itu?

Perencanaan karir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara terarah dan terfokus dengan berdasarkan pada potensi (minat/bakat/kemampuan/keyakinan/nilai-nilai) yang kita miliki untuk mendapatkan sumber penghasilan yang memungkinkan kita untuk maju dan berkembang baik secara kualitas (hidup) maupun kuantitas (gaji/jabatan dan tanggung jawab yang kita dapatkan). Huuh.. nangkep khan?
Secara global perencanaan karir itu terdiri dari 8 langkah, yaitu:
1. Mengembangkan rencana karir. Pikirkanlah mengenai apa yang akan kta lakukan dan langkah-langkah strategis apa yang dibutuhkan untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan.
2. Tinjaulah kemampuan serta minat yang kita miliki. Pikirkan secara serius dan mendalam hal-hal yang kita sukai, mampu kita kerjakan dengan baik, kepribadian yang kita miliki serta nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya.
3. Cobalah mencari tahu jenis-jenis karir/pekerjaan yang mendekati dengan diri kita, ya itu tadi, kemampuan serta minat yang kita miliki, latar belakang pendidikan kita, gaji yang kita harapkan, kondisi kerja yang kita inginkan serta hal-hal lain yang akan memberikan kejelasan arah dan fokus karir/pekerjaan kita.
4. Selanjutnya, bandingkanlah keterampilan dan mina tyang kita miliki dengan jenis karir/pekerjaan yang telah kita pilih. Jadi, karir/pekerjaan yang paling sesuai dan dekat dengan diri kita sangat mungkin menjadi karir/pekerjaan bagi kita.
5. Kembangkanlah tujuan karir/ pekerjaan yang kita pilih. Hal ini akan menjadi panduan yang sangat penting bagi kita untuk menyusun langkah-langkah taktis selanjutnya.
6. Ikutilah pendidikan atau pelatihan yang mendekatkan kita dengan tujuan karir/perkerjaan yang telah kita buat.
7. Hal penting yang tidak boleh dilewatkan adalah masalah keuangan. Kita mungkin akan berpikir mengenai sumber-sumber dan besarnya uang yang kita butuhkan untuk mewujudkan karir kita.
8. Cobalah minta nasehat dari beberapa sumber yang anda yakini dapat membantu anda memberikan penjelasan dan arahan megenai karir/pekerjaan pilihan anda.
Gimana, kebayang kan perjalanan perencanaan karir kita? So…? Kalau kita yakin bahwa perencanaan karir kita ini lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya, do it now! Memang, orang yang memiliki perencanaan karir belum dapat dipastikan akan memperoleh apa yang dia inginkan, tapi sudah dapat dipastikan bahwa orang yang tidak memiliki perencanaan karir tidak akan mendapatkan apa-apa. [ANW]
Oleh : Didit Rahardi, S.Psi.
Lembaga Pengembangan SDM Insanika
Sumber : Majalah Al Izzah

Lahan Dakwah Muslimah

Ragu dan bimbang, mungkin itulah sapaan pertama yang dirasakan kalangan akhwat/muslimah/hawa atau perempuan ketika disandingkan dengan konteks dakwah. Keraguan akan semakin bertambah ketika amanah demi amanah yang mereka emban semakin waktu semakin bertambah dan berkembang. Bukan meminta, tapi jika itu sudah kewajiban maka lagi yang hendak dilakukan? Selain mencoba menjalankan dengan seoptimal mungkin. Dengan pelurusan niat, sejati dan sempurna karena Allah. Belajar. Itulah kunci yang bisa diterapkan dalam segala keadaan. Kebimbangan maupun keraguan akan bisa dikesampingkan juga karena diiringi dengan proses penggalian data, kemudian mengolahnya menjadi sajian yang disebut informasi, lantas dirangkum sampai dalam tataran hikmah dan ilmu. Insya Allah… Dalam menyikapi kelabilan, keraguan, kebimbangan ataupun segala tudung yang dirasakan oleh Muslimah dalam penyikapan terhadap dakwah, berikut ada sedikit wejangan yang dikutip dari ustadzah Rochma Yulika dan ustadz Umar Hidayat dalam bukunya Untuk Muslimah yang Tak Pernah Lelah Berdakwah. Dengan harapan semoga menjadi kunang-kunang yang tak hanya menghiasi dakwah Muslimah semata, namun juga bisa sebagai penerang dalam perjalanannya. Aamiin..
Setidaknya ada tiga alasan penting dakwah muslimah. Pertama, dakwah itu kewajiban siapapun yang menyatakan sebagai seorang muslimah. Kedua, dakwah muslimah sesungguhnya bentuk pembelaan sekaligus perlawanan atas musuh-musuh Islam. Ketiga, dakwah Muslimah akan lebih mengena dan efektif bila yang banyak berperan adalah para Muslimah dakwah (daiyah), meskipun bukan berarti kaum lelaki Muslim menjadi lepas kewajibannya untuk mendakwahi kaum perempuan.
Wilayah dakwah Muslimah bukan hanya berarti melulu berkaitan dengan kaum wanita pada umumnya atau kaum Muslimah beserta hal-hal yang berkaitan langsung dengan dunia perempuan saja. Memang, secara khusus lahan dakwah bagi Muslimah adalah kaum Muslimah dan kaum perempuan dengan segala hal yang mengelilinginya. Namun, secara umum lahan dakwah Muslimah tidak ada bedanya dengan lahan dakwah kaum laki-laki Muslim.
Di antara keduanya akan kelihatan berbeda dalam penerapan fikih dakwah, terutama dalam penerapan etika bagi Muslimah dakwah, kita bisa melihat pelaksanaan kewajiban-kewajiban seorang Muslimah: kewajiban terhadap agama, terhadap dirinya, terhadap keluarganya dan terhadap masyarakat. Inilah empat kewajiban Muslimah dakwah yang akan melahirkan kewajiban-kewajiban lain seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam menjalankannya.
Setidaknya, tulis Mahmud Muhammad al-Jauhari, ada sepuluh etika bagi Muslimah dalam menjalankan dakwahnya:
  1. Berorientasi untuk menaati Allah dan Rasul-Nya serta mencintai keduanya.
  2. Berkomitmen pada adab (tata krama Islam) sebelum nilai estetika dan tidak menggunakan harta suami kecuali atas izinnya.
  3. Perhatian istri harus terfokus pada kewajiban-kewajibannya di rumah dan perbaikan urusan kerumahtanggaan.
  4. Menetapi rasa malu pada suami; diam dan mendengarkan ketika suami sedang berbicara, lalu menghormati dan menaatinya.
  5. Menghormati keluarga serta kerabat suami.
  6. Qana’ah (puas) dengan rezeki yang diberikan oleh Allah melalui suami.
  7. Mendahulukan hak suami atas hak siapa pun setelah hak Allah dan Rasul-Nya.
  8. Tidak menyebut kekayaan, kecantikan, kedudukan perempuan lain kepada suami.
  9. Tidak keluar rumah kecuali atas izin suami.
  10. Selalu cemburu kepada suami, dan menjaga perasaan serta kehormatan suaminya.
Yang menjadi persoalan di sini bukan mungkin atau tidak mungkin seseorang Muslimah dapat menjalankan itu semua. Akan tetapi, seberapa besar tekad dan usahanya untuk mrtaih kewajiban-kewajiban itu, termasuk dalam manajemen tawazun.
Jadi, sampai di sini jelaslah bahwa lahan mana pun bisa menjadi wilayah dakwah muslimah, sepanjang tidak melanggar kewajiban-kewajiban sebagai ibu dari anak-anaknya atau istri dari suaminya. Di sinilah pentingnya seorang Muslimah dakwah dapat menjalankan agenda-agenda tersebut dengan skala prioritas dan manajemen tawazun. Wallahu a’lam bishshawab.


Source: Akhwatmuslimah.com

My Blood Type

------------------Golongan Darah A-----------------
‪#‎A‬ itu jarang kepo, santai tapi diem diem aktif
#A suka kasar kalau becanda. tapi emang refleks-_-
#A itu kalau niat, pasti di jalanin. kalau gak? ya, jambanin/?
Meski hidup #A gak teratur2 banget, tapi mereka cenderung punya cara tersendiri saat ngatur segala keperluannya
Eh #A, masih belum bisa move on?
Pagi #A, A mah mau pulang jam berapa juga besoknya juga pasti bangun pagi. paling kalau udah cape banget yaa gak bakal kaya gitu
#A itu jagonya jaga image
Punya tugas jangan ditunda
Makin ditunda makin berbaris
GolDar #A punya cara pikir beda
Kadang2 mikirnya berlapis/?
Sabar itu udah jadi nafasnya #A
Katanya, #A itu gengsian banget. apalagi kalau urusan minta maaf
#A itu kalau cape mau tidur tapi susah
#A itu sangking pendiem nya, kalau lagi sakit aja gak pernah ngeluh kesiapa2.
Bagi #A, libur sekolah = libur mandi/?
Keharmonisan dan keamanan adalah tujuan utama hidup si GolDar #A
#A itu cuek diluar perhatian didalam. gengsinya kegedean soalnya/?
#A itu kalau di kelas suka duduk deket dinding dan gak di depan-depan banget. Bener?
·
#A itu pas lagi konsentrasi gak bisa di ganggu, ke ganggu dikit aja, udah buyar semua
#A itu pendiam, pemalu, penyendiri
#A itu suka hal yang berbau unik, dan A itu cenderung suka terlihat beda
#A itu kalau marah direncanain. eh tapi, pas udah ketemu orangnya malah gak bisa marahinnya-_-
Katanya, #A itu gak suka sama orang yang gak tepat waktu
#A itu kuat mempertahankan rahasia/?
#A itu sulit mempercayai orang lain
#A itu paling tidak suka diatur apalagi dipermainkan. A sangatlah setia
#A itu sekalinya diem ya diem, sekalinya gila ya gila sampe malumaluin/?
Makanan yang harus dijauhi GolDar ?#?A?: udang, lobster, susu, daging, keju, minuman bersoda dan sayur pare
Makanan yang harus dikonsumsi GolDar A: minyak zaitun, tempe, tahu, sayur brokoli/bayam, buncis, wortel, pokoknya vegetable dah


*Copas dari Facebook
akses 11 Des 2014

Rabu, 10 Desember 2014

Sepetah duapatah

Long time no see!
maafkan blogger murtad ini...

sebenernya banyak yang mau di post ke blog ini.
mulai dari pengalaman merantau, ikutan job fair & tips buat ikutan job fair, cara seru cari kerja, tips interview, dan how we did at first day di kantor.


banyak banget, tapi yaa ituh aku ngga punya banyak waktu buat nulis sekarang, balik kantor udah tepar, kadang inget makan malam, kadang ngga sempet karena langsung nemplok ke kasur.


weekend? jangan ditanya, aku bakal pacaran seharian di kasur, sampe sore.
minggunya baru berasa seger.


untuk training awal mungkin akan begini terus. Sampe nanti aku pindah dikantor baru di Kemayoran.
naah setelah pindah disana baru aku bisa manage waktu aku kursus delele, secara ritme kerja yang udah mulai terpola juga antara kos dan kantor ngga terlalu jauh, Insya Allah :)

anyway, moga  dilain kesempatan aku bakal pos semua draft narasi yang ada di kepala aku sekarang dalam bentuk naskah jadi.