Sabtu, 20 Juli 2013

Aleph

“Kemuliaan duniawi akan berlalu, dan karenanya tidak bisa dijadikan ukuran atas kehidupan kita; pilihan-pilihan yang kita buat dalam mengejar legenda pribadi kita, dalam meyakini Utopia-utopia kita, dan dalam perjuangan kita untuk meraihnya, itulah yang menjadi ukuran”
“Itu karena sama seperti semua orang lain di planet ini, kau percaya bahwa waktu akan mengajarimu cara mendekat pada Tuhan. Namun waktu tidak mengajari apa-apa; waktu hanya membuat kita merasa lelah dan bertambah tua”
Aleph adalah huruf pertama dalam sistem bahasa Hebrew. Dalam Bahasa Arab sepadan dengan huruf alif. Paulo Coelho mengartikan Aleph sebagai sebuah titik di dunia ini yang akan membawa jiwa manusia ke masa lalu, ke dalam kehidupan yang belum tercipta, melihat tanda-tanda yang diberikan alam untuk memahami alasan manusia diciptakan saat ini. Aleph adalah sebagai pembuktian bahwa  Paulo mempercayai adanya reinkarnasi, de javu dan karma. Terlepas dari itu semua, ada rangkaian hal-hal positif yang dapat diambil dari novel ini. Semua tentang kehidupan, perjalanan, tujuan dan akhir dari semua .
Paul memulai untaian makna novelnya dengan menguntai titik jenuh, ketidakpuasan dan rasa damai akan Rohani yang memburuk kepada guru spritualnya J.  Ritual yang seyogyanya ditujukan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan malah membuat Paulo merasa jauh dari Tuhan. Sesuai dengan saran dari J, Paulo memulai perjalanannya dari Afrika, Eropa dan Asia. Selama perjalanan, selain ditemani oleh dengan editor, penerjemah, penerbit, ia juga diikuti oleh salah seorang penggemarnya bernama Hilal, seorang violist berbakat asal Turki. Konon di kehidupan sebelumnya Paulo dan Hilal adalah dua orang yang saling mencintai namun tidak dapat bersatu.
Hal yang menarik dari buku ini adalah cara Paulo mengemas kisah hidup yang mungkin sebenarnya biasa menjadi luar biasa menarik ketika di uraikan dalam juntaian kata-kata di dalam sebuah buku. Selain itu, menarik pula bahwa Paulo bisa menghubungkan imaginasi dan pengetahuannya tentang hidup sebagai bagian dari kisah perjalanan kurang lebih satu minggu melintasi Trans-Siberia bersama Hilal dan rombongan.

 Novel ini sarat dengan makna-makna kehidupan. Tidak sekedar catatan tentang perjalanan. Paulo dengan cerdas membungkus cerita perjalanannya menjadi sebuah novel yang bermutu. Terkadang  kita memang perlu melakukan sesuatu yang tak biasa, karena dengan hal itu kita akan belajar hal yang baru dan lebih bermakna, seperti itulah yang dialami oleh Paulo. Kita akan melihat bagaimana Paulo berinteraksi dengan orang baru dan mengunjungi tempat-tempat yang tidak pernah dikunjunginya.