Minggu, 26 Mei 2013

abstrak

mulai jenuh akan keberadan semua orang ,
bosan yang mulai  menebal, terhadap ketidak adilan yang aku terima, aku teringat akan cerita seseorang yang mengatakan bahwa tidak ada keadilan didunia, keadilan hanya akan kau dapatkan ketika kau tak lagi hidup didunia, beruntung sekali :(

menyepi, ya kebiasaan yang sangat membantu mengisi energi yang cukup banyak terkuras ...dengan urusan dunia ini, padahal aku hanya beristirahat sebentar :(

mengikis kekhawatiran akan sesuatu yang memang belum pasti itu menyakitkan ...sebuah argumen yang disusun pun terkadang hancur berantakan.

Minggu, 19 Mei 2013

Prayer Profile The Pekal of Indonesia



[IMAGE]The Pekal of Indonesia are a Malay people who live along the southwest-central shores and mountain slopes of Sumatra. One of the major islands of Indonesia, Sumatra is the fourth largest island in the world. The Pekal inhabit the Southern Muko-Muko district of the North Bengkulu region. More specifically, they can be found in the Teramang River Basin, a region that is bordered by the Indian Ocean to the southwest and the Barisan Mountains to the northeast.
Sometimes the Pekal have erroneously been referred to as the Ketahun, since several groups of Pekal have expanded south to the more accessible Ketahun district. The newly-paved Trans-Sumatran Highway runs along the western coast of the island and connects the city of Bengkulu to Padang, West Sumatra. Traversing Pekal territory, the highway passes directly through the heart of Ipuh, the largest town in the Southern Muko-Muko district.
What are their lives like?
The majority of the Pekal work as farmers or plantation workers during the wet season and as fishermen during the dry season. In their work, they use traditional, homemade devices and tools. Major products include coffee, rice, chocolate, tobacco, sweet potatoes, spices, peanuts, and various vegetables. Many people sell their products in the markets. Outside salesmen bring their wares only on specified days each week.
Many Pekal men are hired as government employees, teachers, builders, military personnel, skilled and common laborers, basket weavers, brick makers, cattlemen, and merchants. Pekal women work in the rice fields and dry the fish and shrimp. Less than 25% of the Pekal work force has more than an elementary education.
Pekal houses are built on stilts in the traditional Malay fashion. For protection and mutual support, villages are organized into several kaums, or sub-groups. If a newcomer wants to live among the Pekal, he is required to prepare a meal of chicken for not only the kaum among whom he will live but also for the members of other kaums. Once this occurs, he is officially registered as a local citizen, and the Pekal treat him impartially, regardless of his ethnic, religious, educational, or monetary status. A newcomer must abide by the customs and traditions of the kaum involved and must do his part as a member of the Pekal.
The Pekal only speak their unique Malay dialect when among other Pekal (usually at home or at the market). Also, in meetings held in rural areas, leaders speak Pekal when sharing with the people. At weddings, religious gatherings, and cultural events, it is the preferred language. Otherwise, the Pekal speak Indonesian.
What are their beliefs?
The Pekal are almost 100% Muslim. They scorn magical or superstitious beliefs concerning sacred or spirit-inhabited sites and objects. They sacrificially provide labor and material support for neighbors and relatives to hold traditional rituals related to marriage, circumcision, planting, and harvest. The Pekal help others because they know how dependent they are on others. Likewise, they are reluctant to perform any act that does not conform to existing patterns of belief and practice.
The Pekal hold Muslim ceremonies in which they request rainfall, chase away evil spirits, and cleanse villages where immorality has occurred. From their meager incomes, they generously distribute alms to the poor, aid to victims of natural disasters, and financial help for building mosques. They are extremely devout, both in attending worship and also in assisting with the community's needs.

Senin, 13 Mei 2013

NO BODY

bainai ayah matu

katiku uhang dodo paham kondisi aku
idop memang tantangan , sakik tatusuk , ibu ati ati maliek parangai.


Senin, 06 Mei 2013

SEPOTONG RASA MANIS, TERUNTUK FKSIKU SAYANG


tadaaaaa, inilah puisi mepet ala saya..

Maukah kau mendengar ceritaku kawan?
Kemari dan duduklah ...
Kan kuceritakan sebait cerita indah nan manis, yang dikirimkan sang Quds lewat tanda mata sani bernama FKSI

Kala itu, menjelang petang dikala kesibukan yang berseliweran
Aku menemukannya disurau pojok kampus

Aduhai, aku tersipu
Kupandangi diri yang likat, berminyak, coreng moreng dan kotoran  centang perentang oleh limbah duniaku
Dan aku malu

Sekonyong-konyong , ia mendekapku.
Tak peduli akan  noda tubuh ku yang begitu busuk
Ia Membelaiku dengan penuh welas asih

Ya rabbi, ia telah menautkan hati ini
Ia Membuatku merasa begitu berharga menjadi seorang manusia
Ia mengenalkanku dengan hakikat sebagai hamba
Ia mendekatkan aku dengan mulianya Islam
Aku, jatuh hati.

Dan mulailah kami terikat eratnya simpul ukhuwah
Semua berjalan laksana bumi yang setia mengitari mentari
Terkadang diatas dengan renyah tawa
Terkadang dibawah dengan sedan tangis
Saling membalut ketika tertusuk onak
Saling  menyapu ketika air mata jatuh tak tertahankan
Saling menyentil ketika lalai
Saling meneriakkan kalimat tauhid ketika lunglai

Kini, ketika semakin dekat dengan gerbang kesudahan
Hatiku iba
Akankah aku menemukan tanda mata sepertinya lagi?
Akankah Sang Quds, mengirimkannya lagi ?
Ah, biarlah...

Kawan, inilah tanda mata itu, indah bukan?

ROSI NURMAYANTI.


pemenang ungkapan hati versi awal :D





Alhamdulillah, akhirnya keluar juga juara ungkapan hati dalam rangka milad FKSI ke 26.
hehe meski dapat juara 3, dan akhirnya mengundurkan diri karena usia hehe yah, terlalu senior sih ...kasih kesempatan ke adik-adikku tersayang yang masih unyu, untuk jadi pemenang,

:)
pencurhat judul
akhwat
1 Nur Aziza Khosi Aku Ingin?
2 Marsi Fella Rizki To: FKSI
3 Rosi Nurmayanti Sepotong Rasa manis, teruntuk FKSIku Tersayang
4 Anggar A Thahirah Ungkapan dari Hati untuk FKSI
5 Neng Ika Mulyanti Assalammualaikum.......
6 Evi Julianti Aku dan forumku
ikhwan
1 Hadi Sunarya Cahaya untuk Sang Malam
2 Itzam Fikro F Ungkapan Hati for FKSI
3 Rewa Yoke D Kepada: Teman-teman Muslim
4 Defrfry Fadliyans Ungkapan Hatiku untuk FKSI
5 Agung Surahman Batas akhir Hayat
6 Ahmad Dwi Setiawan kata Hati tentang FKSI

Rabu, 01 Mei 2013

memaki?

tentu saja aku bis memaki?
berteriak mengeluarkan sumpah serapah?
mengamuk ..

aku bisa melakukannya...
tapi apakah itu menyelesaikan masalah?


oh dakwah, penuh dengan onak dan duri.
jalannya berkelok-kelok...
kadang lukayang tak tertahan, membuatnya hengkang.

duh, gusti allah...dadaku sumpek dengan kelakuannya yang membuatku jenuh

astaghfirullahaladzim, ya allah sadarkanlah dia.

kuatkan aku, istiqomahkan hatiku.


corner with tears

ah, berbagai macam watak orang yang dihadapi, ada yang seperti anak kecil yang ingin dimengerti selalu, ada yang keras kepala seolah telah memberikan semua, padahal tak berarti apa-apa.

sibuk memikirkan rumah tetangga, namun lupa membersihkan halaman.

terkadang lelah memang melanda, ketika kondisi diri sedang tak stabil, sementara yang lain pun menuntut toleransi.
dan yah, aku hanya manusia, lemah bodoh. itulah tabiatku, hanya saja kuminta, janganlah seperti ini memperlakukan ku, lupakah kau bahwa kita bukan saling mencari kuasa?

jika berada diposisi ini, aku ingin pergi saja! ya aku lelah dek, komohon berhentilah meraja.

aku tak perlu simpatimu akan hidupku, perjuangankun namun  mengertilah.