Senin, 13 Maret 2017

The Story.




Tidak banyak cerita Taaruf yg saya pernah dengar, selain memang menghindari saya agak sedikit takut bila mendengar cerita tentang taaruf, entah ya! Saya merasa canggung selalu jika mendengar cerita ini.


Bagi saya taaruf dan teman2nya adalah urusan yg sangat privasi, itu sebabnya saya jarang pos tentang pinky matter ini di media social.
Banyak yg kaget dan bertanya, Rosi gimana cerita saat taaruf? Memutuskan bilang iya gimana ceritanya?
Jangankan kalian, saya masih sering ga percaya that I said yes for this!

Beberapa waktu sebelum dikenalkan, saya sempat bercanda dengan salah satu adik.
Tentang Teknik Kimia, saya bilang ga habis pikir ada orang yg bisa enjoy mengerjakan Kimia, karena bagi saya it was bored! Dan saya ga menemukan kebahagiaan disana! Saya bilang nanti kalo punya suami dari Teknik Kimia, I will ask him, kok Bisa sih abang suka sama Kimia? Letak kesenangannya dimana gitu lho? Setelahnya saya ketawa nyebelin!

Waktu berjalan.

Saat pulang dari silaturrahim dengan murabbi pada suatu malam, saya mencandai beliau dengan bilang, umm cariin abi yak! Dan beliau menjawab, insya Allah yg baik akan ditemukan dengan yang baik. Tidak pernah terfikir bahwa Beliau menanggapI dengan serius, karena saya kadang juga sering gegenitan dengan teman-teman pengajian dengan bilang cariin abi.

Akhir Oktober Allah memulai aksinya.

kami bertemu dengan fasilitator murabbi, saya? Cuma bisa nunduk dan mau nangis kencang-kencang, shaking dan kedinginan. Norak ya? Banget, bahkan saya sempat kepikirian mau kabur dan ga mau keluar saking malunya.

Ga ada yg ditanyakan Beliau ke saya perihal kehidupan, padahal saya ga bikin proposal, hanya ada data untuk Tutor Rumah belajar Sunter.
sekalinya bicara …beliau bilang orang tua siap mengkhibtah ke Bengkulu.


Saya bingung, bukannya kalo taaruf itu ada jawaban ya dan tidak dan rentang waktu berfikir? Kenapa saya langsung mau dikhitbah? Ada perasaan bilang No! iya, tapi pelan-pelan ada yg mengalir di dada, rasanya ga bisa dijelasin. Saya mencoba merengkai lagi cerita kebelakang, gimana saya minta sama Allah untuk taaruf cukup sekali saja, minta pendamping yg Sholeh dan cerdas semua dijawab sama Allah melalui beliau, termasuk becandaan saya tentang teknik Kimia, beliau SMK dan kuliahnya ternyata dari Teknik Kimia, Allahu Akbar!


Setelah merenung, bicara sama Allah, Ummi dan Ibu akhirnya saya bilang yes! Ya ampyunn! Saya g berhenti nangis setelahnya. Apa ya, saya ngerasa ada jugaa yg mau sama sayah, akhirnya saya jadi gadis besar? :D…Bukan bukan, akhirnya saya bertemu dengan tahap ini juga, karena saya berprinsip, kematian itu akan datang kapan aja, which means, saya ga berani menghayal sampe khitbah, menikah dan bla b la.


Jadi ketika this is happen! Saya nangiiis aja udah.


Kalo ngaca, saya suka blushing sama diri saya sendiri, suka ngeciein…ya ampun Ros udah besar kali kau ya, setelahnya nangis lagi.


Bismillah, harapan saya semoga pernikahan ini berkah dan menambah kesholehan bagi kami, semoga dakwahnya makin militant, makin banyak bermanfaat untuk ummat dan saya mampu menjaga kehormatan, mendampingi dan menghebatkan beliau,


Mohon doanya ya, semoga kami sellau dijaga Allah, menjaga izzah sebagai kader dakwah dan izzah sebagai Muslim dan Muslimah.


Jakarta, H-9.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar