Bagi saya taaruf dan teman2nya
adalah urusan yg sangat privasi, itu sebabnya saya jarang pos tentang pinky
matter ini di media social.
Banyak yg kaget dan bertanya, Rosi
gimana cerita saat taaruf? Memutuskan bilang iya gimana ceritanya?
Jangankan kalian, saya masih sering
ga percaya that I said yes for this!
Beberapa waktu sebelum dikenalkan,
saya sempat bercanda dengan salah satu adik.
Tentang Teknik Kimia, saya bilang ga
habis pikir ada orang yg bisa enjoy mengerjakan Kimia, karena bagi saya it was
bored! Dan saya ga menemukan kebahagiaan disana! Saya bilang nanti kalo punya
suami dari Teknik Kimia, I will ask him, kok Bisa sih abang suka sama Kimia?
Letak kesenangannya dimana gitu lho? Setelahnya saya ketawa nyebelin!
Waktu berjalan.
Saat pulang dari silaturrahim dengan
murabbi pada suatu malam, saya mencandai beliau dengan bilang, umm cariin abi
yak! Dan beliau menjawab, insya Allah yg baik akan ditemukan dengan yang baik.
Tidak pernah terfikir bahwa Beliau menanggapI dengan serius, karena saya kadang
juga sering gegenitan dengan teman-teman pengajian dengan bilang cariin abi.
Akhir Oktober Allah memulai aksinya.
kami bertemu dengan fasilitator
murabbi, saya? Cuma bisa nunduk dan mau nangis kencang-kencang, shaking dan
kedinginan. Norak ya? Banget, bahkan saya sempat kepikirian mau kabur dan ga
mau keluar saking malunya.
Ga ada yg ditanyakan Beliau ke saya
perihal kehidupan, padahal saya ga bikin proposal, hanya ada data untuk Tutor
Rumah belajar Sunter.
sekalinya bicara …beliau bilang
orang tua siap mengkhibtah ke Bengkulu.
Saya bingung, bukannya kalo taaruf
itu ada jawaban ya dan tidak dan rentang waktu berfikir? Kenapa saya langsung
mau dikhitbah? Ada perasaan bilang No! iya, tapi pelan-pelan ada yg mengalir di
dada, rasanya ga bisa dijelasin. Saya mencoba merengkai lagi cerita kebelakang,
gimana saya minta sama Allah untuk taaruf cukup sekali saja, minta pendamping
yg Sholeh dan cerdas semua dijawab sama Allah melalui beliau, termasuk
becandaan saya tentang teknik Kimia, beliau SMK dan kuliahnya ternyata dari
Teknik Kimia, Allahu Akbar!
Setelah merenung, bicara sama Allah,
Ummi dan Ibu akhirnya saya bilang yes! Ya ampyunn! Saya g berhenti nangis
setelahnya. Apa ya, saya ngerasa ada jugaa yg mau sama sayah, akhirnya saya
jadi gadis besar? :D…Bukan bukan, akhirnya saya bertemu dengan tahap ini juga,
karena saya berprinsip, kematian itu akan datang kapan aja, which means, saya
ga berani menghayal sampe khitbah, menikah dan bla b la.
Jadi ketika this is happen! Saya
nangiiis aja udah.
Kalo ngaca, saya suka blushing sama
diri saya sendiri, suka ngeciein…ya ampun Ros udah besar kali kau ya,
setelahnya nangis lagi.
Bismillah, harapan saya semoga
pernikahan ini berkah dan menambah kesholehan bagi kami, semoga dakwahnya makin
militant, makin banyak bermanfaat untuk ummat dan saya mampu menjaga
kehormatan, mendampingi dan menghebatkan beliau,
Mohon doanya ya, semoga kami sellau
dijaga Allah, menjaga izzah sebagai kader dakwah dan izzah sebagai Muslim dan
Muslimah.
Jakarta, H-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar